5+ Alasan Memilih Browser Vivaldi di PC/Laptop

Browser Vivaldi merupakan browser baru yang hingga kini (Maret 2016) masih menginjak versi beta 3. Meskipun demikian, setelah saya coba selama sekitar dua hari, akhirnya browser ini berhasil membuat saya selingkuh dari Firefox dengan menjadikannya sebagai default browser.

Keputusan ini tidak hanya karena tampilan antarmukanya yang keren dan nyaman di mata, tersedianya light dan dark theme, fitur-fiturnya yang menarik dan developmentnya yang cukup cepat, tapi juga disebabkan oleh Firefox yang belakangan ini sering menuai keluhan dari penggunanya yang termasuk dalam kategori power user.

Contohnya, tampilannya yang makin lama makin mirip Google Chrome sehingga membuat sebagian user pindah ke browser Pale Moon, ditambahkannya Pocket dan Hello sebagai fitur built-in, dihilangkannya fitur Tab Groups, dan yang terbaru ini adalah rencana untuk menghilangkan dukungan terhadap complete theme (selamat tinggal FT Deep Dark).

Bagi saya pribadi, awalnya yang menjadi penyebab utama adalah Firefox yang terlalu sering nge-hang/freeze meskipun saya sudah berusaha meminimalkan penggunaan add-on. Dan kabar buruk seputar Complete Theme itulah yang pada akhirnya membuat saya merasa mantap untuk pindah hati.



1. Tampilan Ala Bunglon dan Dark Theme

Salah satu fitur Vivaldi yang membuat saya ngiler adalah tampilannya. Saya suka dark theme, dan secara default theme tersebut sudah ada di Vivaldi, siap untuk diaktifkan kapan saja. Uniknya, sebagian elemen theme Vivaldi mirip seperti bunglon yang akan berubah warna sesuai dengan corak warna halaman web yang dibuka.



2. Menampilkan Dua Tab Atau Lebih Secara Berdampingan

Untuk artikel-artikel tertentu seperti Paket Internet, fitur ini sangat membantu. Di satu tab saya membuat tabel, di tab lain memuat referensi harga paket dari situs resminya. Dengan membuat kedua tab ini berdampingan, saya tidak perlu bolak-balik antar tab untuk mengisi dan mengecek tabel harga. Kalau perlu, kita juga bisa membuat tiga tab (atau bahkan lebih) tampil sekaligus secara berjejer.



3. Halaman Konfigurasi Yang Ringkas dan Tertata Rapi

Berbagai opsi dalam halaman konfigurasi Vivaldi dikelompokkan berdasarkan jenisnya. Misalnya, seluruh opsi yang berkaitan dengan tampilan dikelompokkan ke dalam Appearance. Ada juga fitur search untuk mencari opsi tertentu dengan cepat, tapi sayangnya hingga kini fitur tersebut masih belum begitu responsif (yah, namanya juga masih beta).

4. Mendukung Ekstensi Google Chrome

Karena Vivaldi merupakan browser yang berbasis Chromium, pengguna juga bisa menginstall ekstensi Google Chrome ke dalam browser tersebut. Namun tentunya tidak semuanya akan bisa berfungsi sebagaimana mestinya. Salah satunya adalah ekstensi Momentum yang gagal total ketika saya pasang di Vivaldi.

5. Hemat Memori dengan Hibernate Background Tabs

Terlalu banyak buka tab dan merasa browser sedikit berat tapi enggan mengurangi tab? Fitur hibernate ini bisa membantu mengurangi beban memori---isi semua background tab akan di-unload dan hanya akan dimuat kembali ketika tab tersebut diklik.

6. Bisa Browsing Tanpa Gambar

Cocok buat yang kuotanya sudah mulai kering.

7. Tab Stacking

Tab Stacking ini fungsinya untuk mengelompokkan beberapa tab sekaligus dalam sebuah tab. Yang paling membantu disini adalah kemampuannya untuk mengelompokkan tab-tab dari situs yang sama hanya dengan sekali klik. Dengan begitu, satu tab bisa berisi tab-tab yang memuat content bertema hiburan, sedangkan tab lain bisa berisi situs-situs untuk keperluan tugas atau proyek.

8. Bar Tab Bisa Dibuat Vertikal (Dipindah ke Kiri atau Kanan) atau Digeser ke Bawah

Tidak seperti Google Chrome yang bar-tabnya tidak bisa digeser-geser atau Firefox yang butuh tambahan add-on seperti Tree Style Tabs, Vivaldi memberikan keleluasaan untuk memindah bar tab ke kiri, kanan, atas, bawah, atau jika perlu, bar tab juga bisa dihilangkan.



9. Mampu Menyimpan Sesi Browsing

Dengan fitur session saving ini, pengguna bisa menyimpan seluruh tab yang saat itu sedang terbuka. Sebagai contoh, misalkan saja saya sudah capek browsing untuk keperluan blogging dan ingin membaca yang ringan-ringan. Kalau tab yang sedang dibuka sudah terlalu banyak, saya gunakan fitur session saving untuk menyimpan semua tab tersebut dengan nama seperti "blogging", lalu tutup semua tab untuk membebaskan ruang tab sehingga saya bisa leluasa menjelajahi situs-situs bertema hiburan.

Nantinya semua tab yang berisi referensi untuk blogging bisa dibuka kembali hanya dengan mengklik nama sesi browsing tersebut--yaitu "blogging"--yang tersimpan di dalam menu Open Saved Session.

10. Panel Sidebar

Sidebar yang bisa dibuat selalu tampil ini memuat download, bookmark, web panel, dan note.

11. Sync dan Integrated Email Client

Kedua fitur ini masih belum bisa ditemui pada browser karena masih dalam tahap pengembangan.

12. Page Tiling

Page Tiling yang bisa diakses di status bar ini hanya aktif ketika ada tab-tab yang di-stacking. Fungsinya yaitu untuk menampilkan semua tab yang di-stacking tersebut secara berdampingan dalam mode grid, vertikal atau horizontal.

13. Tab Zooming

Begitu diaktifkan, Vivaldi akan mengingat level zoom di setiap situs. Berbeda sekali dengan global zooming dimana sebuah level zoom akan mempengaruhi setiap situs yang dibuka.

Nah, itulah beberapa alasan untuk memilih browser Vivaldi. Firefox memang masih saya gunakan tapi sebatas untuk keperluan tertentu dan itupun hanya karena ada dua add-on yang masih belum saya temukan tandingannya di Chrome Web Store.

Google Chrome? Saya juga masih memakainya namun kebanyakan hanya untuk pembandingan dan pembuatan artikel bertema browser tersebut di blog Kafesia ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar